Sabtu, 09 September 2017

BELAJAR BAHASA TAGALOG


Bahasa Tagalog itu susah? Yang pasti gamsus-lah (gampang-gampang susah). Cuma beberapa kata yang perlu dipahami kemudian digabung-gabungkan dan sim salabim jadilah sebuah kalimat sederhana. Gak sesusah bahasa Jerman atau bahasa Mandarin kok, hehehe.

            Pertama kali sampai di Manila, saya dan teman saya mas Pram dijemput oleh seorang Pastur (red: Pendeta; di Filipina pendeta dipanggil pastur). Namanya pastur Benito. Beliau adalah temannya papa mas Pram yang seorang pendeta juga di salah satu gereja tabernakel di Medan. Jadi kami akan tinggal sementara di rumahnya sebelum mendapat hunian tetap untuk tinggal.
            Keluar dari bandara NAIA 3, kami masuk highway dan dari jauh saya melihat Metro Manila. “Seperti kota-kota di Amerika”, pikir saya. Bangunan dan gedung-gedung tingginya padat dan bentuknya sama seperti bangunan dan gedung di film-film hollywood. Dan jalan kendaraan pun di lajur kanan, bukan di lajur kiri seperti di Indonesia. Yah memang, ini efek budaya yang tertinggal karena dijajah oleh Amerika.
















Manila dari highway bandara NAIA 3

            Sudah hampir 2 jam kami di jalan tapi belum sampai juga. Saya bertanya kepada pastur, “Pastur, its almost 2 hour and we are not already home yet?”. Kemudian si pastur menjawab, “Yes young boy, Metro Manila is large.” Lokasi rumah pastur berada di Malabon City, dan pada akhirnya kami mengetahui bahwa Malabon City adalah salah satu kota yang ada di Metro Manila yang letaknya paling ujung! Ohh pantas jauh dari bandara. Ibarat dari Belawan ke Kualanamu! Hehehe...
            Setelah sampai rumah dan sarapan, kami berkenalan dengan anggota keluarga pastur. Istri beliau kami panggil ‘ate’ adalah orang yang baik dan ramah serta periang. Kemudian anaknya Jonam adalah orang yang pendiam namun pelawak juga kalau dipancing. Ada juga keponakannya pastur yang tinggal disitu dan membantu-bantu ate membersihkan rumah. Namanya Diana. Orangnya lucu, kami hobby membuly Diana hahaha.
Setelah itu kami berdua istirahat sebentar. Ada sebuah kamar yang sudah disiapkan oleh pastur. Kami terbangun pukul sembilan pagi. Kami terkejut karena takut terlambat untuk menghadiri janji wawancara dengan perusahaan, kami bergegas untuk berisap-siap, setelah itu menghampiri pastur.
“Pastur we want to go to RCBC Plaza how to go there?”, tanya mas Pram.
“Its far, but you can go there by LRT and then  take a jeepney”, balas Pastur.
Kemudian si pastur mengambil kertas dan menunjukkan arah LRT dan berhenti dimana. Lalu si pastur dan anaknya Jonam mengantar kami hingga LRT stasiun Monumento. Selama di mobil, Jonem bilang, “If your bussiness already done, you can go home by LRT too. Remember, going to Monumento station. And take a jeepney going to HULO, and if you want to stop just say ‘Para poo’”, katanya dengan penekanan pada kata HULO dan Para poo. Okkay, kami akan mengingat itu untuk modal pada perjalanan pulang nanti.
Setelah semua urusan interview selesai, kami pulang dengan menggunakan LRT dan pergi ke stasiun jeepney dibelakang mall dekat monumento (Monumento adalah monumen /tugu besar yang terletak di 5 persimpangan). Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Nah, sampai di stasiun jeepney kami terkejut melihat banyak nya antrian panjang seperti ular! Lalu, kami melihat ternyata yang ngantri adalah orang-orang yang akan naik jeepney. Luar biasa pikirku. Bahkan mau naik jeepney pun ngantri.
Kemudian kami bertanya kepada ate-ate di antrian, “Excuseme ate, is this jeepney line going to HULO?”. Kemudian si ate menjawab, “Yes kuya”. Lalu kami ikut mengantri. Setelah mengantri 15 menit, kemudian kami mendapat giliran untuk masuk jeepney. Lalu jeepney berangkat. Selama di jalan saya dan mas pram sibuk melihat jalanan karena kami mengingat-ingat jalan ke rumah pastur.
“Go, ini kan jalan ke rumah pastur? Ingatnya kau?’, tanya mas Pram padaku.
“Bukan lah mas perasaan. Tadi kita gak melalui jalan ini.” Jawabku.
“Lah jadi kita dimana ini. Salah jurusan? Kita kan tadi pas naik jurusan ke hulo.”, balas mas Pram.
“Meneketehe deh mas. Coba kau tanya aja sama kakak-kakak itu”, jawabku sambil melihat kakak-kakak di depan mas Pram.
“Excuseme ate, we’re not Pilipino so we can’t speak Tagalog. Is this right a jeepney going to Hulo?”, tanya mas Pram.
“No. This is going to xxxx *saya lupa namanya*”, jawab si ate.
Saya dan mas Pram pun bingung.
“Bukannya tadi ate-ate di antrian bilang ini ke Hulo yah mas?”, tanyaku ke mas Pram.
“Ntahlah”, kata mas Pram.
Kemudian kami berdua memutuskan untuk turun disitu. Ntah dimana pun itu kami turun.
“Para po”, kata mas pram.
“Bawal %^&*(&%$()*^ po”, kata supirnya pakai bahasa Tagalog.
“PARA PO”, kata mas pram lebih kencang. Eh si supir santai aja lanjut jalan. Kemudian mas Pram mengetuk-ngetuk atap jeepney sebagai kode kalau ada penumpang yang ingin turun. Dua menit kemudian si supir berhenti dan kami turun dengan beberapa penumpang yang lain. kami putus asa. Khawatir kalau kami tersesat. Mana menghubungi pastur kami bingung caranya gimana.
            Lalu kami berjalan sekitar 1 kilometer dan melihat ada SPBU. Sepanjang jalan kaki ke SPBU jalanan gelap. Jadi saya siaga dengan payung siapa tahu ada yang macam-macam saya bisa pakai payung untuk menokok kepala preman hahaha. Apa kau? Preman? Sinilah kalok berani, wkwkwk. Setelah sampai di SPBU kami bertanya kepada petugas-petugas SPBU dan mereka bilang bahwa ini juga daerah Hulo, tapi Hulo ada 2 wilayah. Dan rumah si Pastur ke arah satunya lagi. Mampus kami! Tidak tahu arah, sudah malam, tersesat lagi! Kemudian mas Pram menghubungi pastur dari Messenger dan mengirim nomer lokal yang baru kami beli tadi. Lalu pastur menghubungi nomer lokal kami dan beliau bicara dengan petugas SPBU. Kata petugas bahwa pastur akan datang kesini beberapa saat lagi.
            Setelah pastur datang, kami sudah kelelahan. Kami ceritakan tentang jeepney yang tidak mau berhenti saat kami bilang ‘Para poo’ sesuai anjuran Jonam. Dan si Jonam mengatakan bahwa menyebut Para po harus ada nadanya! Dia mempraktekkan dan... kami terdiam. Ok then, kami praktekkan: ‘Para poo~~~’, balas Jonam, “You got it!” Huvt, masa iya harus ada nadanya -_-Dan si pastur malah tertawa. “Sepertinya ada yang tidak beres”. Kataku dalam hati.
            Dan si pastur menjelaskan bahwa tidak perlu ada nadanya. Cukup katakan para poo. Kemungkinan kami tadi tidak langsung berhenti karena tidak di tempat yang seharusnya berhenti. Oleh karena itu si supir jeepney tidak berhenti. Ohh!!! Kami meng ohh ria bersama. Ternyata ada tempat berhenti khusus toh. Keren juga yah!
            Nah ada cerita lain, setelah dua bulan di Manila dan tinggal tetap di condominium di daerah Pasig City, saya sendiri ke seven eleven & saya beli paket combo hot dog dan slurpee. Saya duduk dan menikmati makanan saya. Kemudian seorang kakek-kakek datang menghampiri saya berkata “Meron dito po?” sambil menunjuk tempat duduk didepan saya. Saya terdiam sebentar sambil berpikir dan mengartikannya. Kalau meron= we have. Dito= here. Jadi: ‘we have here?’ mana mungkin kan! Saya pikir pasti si kakek bilang ‘ada orang disini?’dan saya langsung jawab “Wala sir (tidak, pak)”. Dan si kakek langsung duduk didepan saya. Saya pikir saya berhasil dan langsung senang dalam hati! OMG sebuah perkembangan yang baik hahaha. Saya rasa saya seperti orang super yang bisa mengerti bahasa asing *lebay* hahaha :D
            Ada lagi ketika saya selesai berenang dan berdiri di depan lift bangunan sambil bermain smarthpone ada anak-anak sekitar umur 8 tahun menyapa saya “Kuya, anong oras po?”. Saya terdiam sebentar sambil berpikir apa yang dikatakan oleh bocah kecil yang wajahnya mirip Pakistan tersebut. Saya mengartikan satu persatu. Ano/anong= apa. Oras= jam. Anong oras= apa jam? Gak mungkin kan. Pasti dia nanya jam berapa sekarang. Kemudian saya lihat smartphone saya dan langsung menjawab “Anim, po (jam 6)”. Anak tersebut mengangguk dan berkata “Salamat kuya”. Dia mengerti dan saya pikir saya berhasil! Got it! Satu per satu kata digabungkan terbentuklah kalimat sederhana dalam bahasa Tagalog hahaha :D
            Kemudian dari beberapa kata yang saya pelajari, saya coba praktekkan ketika membeli beberapa hal dari toko kelontong dan memesan makanan serta naik kendaraan seperti becak :
1.      Meron chilli ate? = Ada cabe bu?
2.      Magkano saging po? = Berapa harga pisangnya?
3.      Kuya, isang chicken adobo and isang omellete. Dalawang rice plus ice po. =Pak/bang, satu ayam adobo dan satu telur dadar. Dua naci ditambah air dingin.
4.      Kuya, sa Hampton po. Direcho then kaliwa kuya. = Pak/bang, ke Hampton yah. Lurus terus belok kiri.
Hahaha, beberapa kalimat sederhana yang saya buat dari satu persatu kata yang saya hapal. Bagaimana? Susgam kan? berikut saya sertakan beberapa kata sehari-hari pada bahasa tagalog.
1 = isa                                        
3 = tatlo                                
2 = dalawa                            
4 = apat                                           
5 = lima               
6 = anim
7 = pito 
8 = walo  
9 = syam 
10 = sampu
saging = pisang
ubas = anggur
mantika = minyak goreng
tubig = air
magkano = how much
ilan = how much
bigas = beras
patatas = kentang
bawang = bawang putih
sibuyas = bawang merah
kanan/kaliwa = kanan/kiri
direcho = lurus
tilapia = ikan mujair


Tidak ada komentar: