Bahasa Tagalog itu
susah? Yang pasti gamsus-lah (gampang-gampang susah). Cuma beberapa kata yang
perlu dipahami kemudian digabung-gabungkan dan sim salabim jadilah sebuah
kalimat sederhana. Gak sesusah bahasa Jerman atau bahasa Mandarin kok, hehehe.
Pertama kali
sampai di Manila, saya dan teman saya mas Pram dijemput oleh seorang Pastur (red:
Pendeta; di Filipina pendeta dipanggil pastur). Namanya pastur Benito. Beliau
adalah temannya papa mas Pram yang seorang pendeta juga di salah satu gereja
tabernakel di Medan. Jadi kami akan tinggal sementara di rumahnya sebelum
mendapat hunian tetap untuk tinggal.
Keluar dari bandara NAIA 3, kami masuk highway dan dari
jauh saya melihat Metro Manila. “Seperti kota-kota di Amerika”, pikir saya. Bangunan
dan gedung-gedung tingginya padat dan bentuknya sama seperti bangunan dan
gedung di film-film hollywood. Dan jalan kendaraan pun di lajur kanan, bukan di
lajur kiri seperti di Indonesia. Yah memang, ini efek budaya yang tertinggal
karena dijajah oleh Amerika.
Manila dari highway bandara NAIA 3
Sudah hampir 2 jam kami di jalan tapi belum sampai juga.
Saya bertanya kepada pastur, “Pastur, its almost 2 hour and we are not already
home yet?”. Kemudian si pastur menjawab, “Yes young boy, Metro Manila is
large.” Lokasi rumah pastur berada di Malabon City, dan pada akhirnya kami
mengetahui bahwa Malabon City adalah salah satu kota yang ada di Metro Manila
yang letaknya paling ujung! Ohh pantas jauh dari bandara. Ibarat dari Belawan
ke Kualanamu! Hehehe...
Setelah sampai rumah dan sarapan, kami berkenalan dengan
anggota keluarga pastur. Istri beliau kami panggil ‘ate’ adalah orang yang baik
dan ramah serta periang. Kemudian anaknya Jonam adalah orang yang pendiam namun
pelawak juga kalau dipancing. Ada juga keponakannya pastur yang tinggal disitu
dan membantu-bantu ate membersihkan rumah. Namanya Diana. Orangnya lucu, kami
hobby membuly Diana hahaha.
Setelah
itu kami berdua istirahat sebentar. Ada sebuah kamar yang sudah disiapkan oleh
pastur. Kami terbangun pukul sembilan pagi. Kami terkejut karena takut
terlambat untuk menghadiri janji wawancara dengan perusahaan, kami bergegas
untuk berisap-siap, setelah itu menghampiri pastur.
“Pastur we want to go
to RCBC Plaza how to go there?”, tanya mas Pram.
“Its far, but you can
go there by LRT and then take a
jeepney”, balas Pastur.
Kemudian
si pastur mengambil kertas dan menunjukkan arah LRT dan berhenti dimana. Lalu si
pastur dan anaknya Jonam mengantar kami hingga LRT stasiun Monumento. Selama di
mobil, Jonem bilang, “If your bussiness already done, you can go home by LRT
too. Remember, going to Monumento station. And take a jeepney going to HULO, and if you want to stop just say
‘Para poo’”, katanya dengan
penekanan pada kata HULO dan Para poo. Okkay, kami akan mengingat itu untuk
modal pada perjalanan pulang nanti.
Setelah
semua urusan interview selesai, kami pulang dengan menggunakan LRT dan pergi ke
stasiun jeepney dibelakang mall dekat monumento (Monumento adalah monumen /tugu
besar yang terletak di 5 persimpangan). Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.
Nah, sampai di stasiun jeepney kami terkejut melihat banyak nya antrian panjang
seperti ular! Lalu, kami melihat ternyata yang ngantri adalah orang-orang yang
akan naik jeepney. Luar biasa pikirku. Bahkan mau naik jeepney pun ngantri.
Kemudian
kami bertanya kepada ate-ate di antrian, “Excuseme ate, is this jeepney line
going to HULO?”. Kemudian si ate menjawab, “Yes kuya”. Lalu kami ikut
mengantri. Setelah mengantri 15 menit, kemudian kami mendapat giliran untuk
masuk jeepney. Lalu jeepney berangkat. Selama di jalan saya dan mas pram sibuk
melihat jalanan karena kami mengingat-ingat jalan ke rumah pastur.
“Go, ini kan jalan ke
rumah pastur? Ingatnya kau?’, tanya mas Pram padaku.
“Bukan lah mas
perasaan. Tadi kita gak melalui jalan ini.” Jawabku.
“Lah jadi kita dimana
ini. Salah jurusan? Kita kan tadi pas naik jurusan ke hulo.”, balas mas Pram.
“Meneketehe deh mas.
Coba kau tanya aja sama kakak-kakak itu”, jawabku sambil melihat kakak-kakak di
depan mas Pram.
“Excuseme ate, we’re
not Pilipino so we can’t speak Tagalog. Is this right a jeepney going to
Hulo?”, tanya mas Pram.
“No. This is going to
xxxx *saya lupa namanya*”, jawab si ate.
Saya dan mas Pram pun
bingung.
“Bukannya tadi ate-ate
di antrian bilang ini ke Hulo yah mas?”, tanyaku ke mas Pram.
“Ntahlah”, kata mas
Pram.
Kemudian kami berdua
memutuskan untuk turun disitu. Ntah dimana pun itu kami turun.
“Para po”, kata mas
pram.
“Bawal
%^&*(&%$()*^ po”, kata supirnya pakai bahasa Tagalog.
“PARA PO”, kata mas
pram lebih kencang. Eh si supir santai aja lanjut jalan. Kemudian mas Pram
mengetuk-ngetuk atap jeepney sebagai kode kalau ada penumpang yang ingin turun.
Dua menit kemudian si supir berhenti dan kami turun dengan beberapa penumpang yang
lain. kami putus asa. Khawatir kalau kami tersesat. Mana menghubungi pastur
kami bingung caranya gimana.
Lalu kami berjalan sekitar 1 kilometer dan melihat ada
SPBU. Sepanjang jalan kaki ke SPBU jalanan gelap. Jadi saya siaga dengan payung
siapa tahu ada yang macam-macam saya bisa pakai payung untuk menokok kepala
preman hahaha. Apa kau? Preman? Sinilah kalok berani, wkwkwk. Setelah sampai di
SPBU kami bertanya kepada petugas-petugas SPBU dan mereka bilang bahwa ini juga
daerah Hulo, tapi Hulo ada 2 wilayah. Dan rumah si Pastur ke arah satunya lagi.
Mampus kami! Tidak tahu arah, sudah malam, tersesat lagi! Kemudian mas Pram menghubungi
pastur dari Messenger dan mengirim nomer lokal yang baru kami beli tadi. Lalu pastur
menghubungi nomer lokal kami dan beliau bicara dengan petugas SPBU. Kata
petugas bahwa pastur akan datang kesini beberapa saat lagi.
Setelah pastur datang, kami sudah kelelahan. Kami ceritakan
tentang jeepney yang tidak mau berhenti saat kami bilang ‘Para poo’ sesuai
anjuran Jonam. Dan si Jonam mengatakan bahwa menyebut Para po harus ada
nadanya! Dia mempraktekkan dan... kami terdiam. Ok then, kami praktekkan: ‘Para
poo~~~’, balas Jonam, “You got it!” Huvt, masa iya harus ada nadanya -_-Dan si
pastur malah tertawa. “Sepertinya ada yang tidak beres”. Kataku dalam hati.
Dan si pastur menjelaskan bahwa tidak perlu ada nadanya.
Cukup katakan para poo. Kemungkinan kami tadi tidak langsung berhenti karena
tidak di tempat yang seharusnya berhenti. Oleh karena itu si supir jeepney
tidak berhenti. Ohh!!! Kami meng ohh ria bersama. Ternyata ada tempat berhenti
khusus toh. Keren juga yah!
Nah ada cerita lain, setelah dua bulan di Manila dan
tinggal tetap di condominium di daerah Pasig City, saya sendiri ke seven eleven
& saya beli paket combo hot dog dan slurpee. Saya duduk dan menikmati
makanan saya. Kemudian seorang kakek-kakek datang menghampiri saya berkata “Meron
dito po?” sambil menunjuk tempat duduk didepan saya. Saya terdiam sebentar
sambil berpikir dan mengartikannya. Kalau meron= we have. Dito= here. Jadi: ‘we
have here?’ mana mungkin kan! Saya pikir pasti si kakek bilang ‘ada orang
disini?’dan saya langsung jawab “Wala sir (tidak, pak)”. Dan si kakek langsung
duduk didepan saya. Saya pikir saya berhasil dan langsung senang dalam hati!
OMG sebuah perkembangan yang baik hahaha. Saya rasa saya seperti orang super
yang bisa mengerti bahasa asing *lebay* hahaha :D
Ada lagi ketika saya selesai berenang dan berdiri di
depan lift bangunan sambil bermain smarthpone ada anak-anak sekitar umur 8
tahun menyapa saya “Kuya, anong oras po?”. Saya terdiam sebentar sambil
berpikir apa yang dikatakan oleh bocah kecil yang wajahnya mirip Pakistan
tersebut. Saya mengartikan satu persatu. Ano/anong= apa. Oras= jam. Anong oras=
apa jam? Gak mungkin kan. Pasti dia nanya jam berapa sekarang. Kemudian saya
lihat smartphone saya dan langsung menjawab “Anim, po (jam 6)”. Anak tersebut
mengangguk dan berkata “Salamat kuya”. Dia mengerti dan saya pikir saya
berhasil! Got it! Satu per satu kata digabungkan terbentuklah kalimat sederhana
dalam bahasa Tagalog hahaha :D
Kemudian dari beberapa kata yang saya pelajari, saya coba
praktekkan ketika membeli beberapa hal dari toko kelontong dan memesan makanan
serta naik kendaraan seperti becak :
1.
Meron chilli ate? = Ada cabe bu?
2.
Magkano saging po? = Berapa harga
pisangnya?
3.
Kuya, isang chicken adobo and isang omellete.
Dalawang rice plus ice po. =Pak/bang, satu ayam adobo dan satu telur dadar. Dua
naci ditambah air dingin.
4.
Kuya, sa Hampton po. Direcho then kaliwa
kuya. = Pak/bang, ke Hampton yah. Lurus terus belok kiri.
Hahaha,
beberapa kalimat sederhana yang saya buat dari satu persatu kata yang saya
hapal. Bagaimana? Susgam kan? berikut saya sertakan beberapa kata sehari-hari
pada bahasa tagalog.
1 = isa
3 = tatlo
2 = dalawa
2 = dalawa
4 = apat
5 = lima
6 = anim7 = pito
8 = walo
9 = syam
10 = sampu
saging = pisang
ubas = anggur
mantika = minyak goreng
tubig = air
magkano = how much
ilan = how much
bigas = beras
patatas = kentang
bawang = bawang putih
sibuyas = bawang merah
kanan/kaliwa = kanan/kiri
direcho = lurus
tilapia = ikan mujair
Tidak ada komentar:
Posting Komentar